Hj. Teti Asmarni, S. Pd

Guru IPA MTsN 1 Lima Puluh Kota-Padang Japang. Kantor Kemenag. Kab. Lima Puluh Kota. Alumni Jurdik Biologi IKIP Padang...

Selengkapnya
Navigasi Web
Perempuan Tangguh
agupena.google

Perempuan Tangguh

Tantangan Menulis hari 24 (#Tantangan gurusiana)

Hidup adalah perjuangan, demikian kalimat bijak sering kita dengar maupun kita baca. Kalimat ini tentu tertuju untuk semua manusia bahkan untuk semua makhluk ciptaan Allah swt.

Bermacam ragam perjuangan yang dilakukan manusia dalam menjalani kehidupannya. Agar dapat sukses mendapatkan apa yang menjadi tujuan dan memenuhi semua keinginan dan kebutuhannya.

Sebagai seorang perempuan dan ibu rumah tangga ada satu hal yang menjadi pemikiran dan pengamatanku. Dilingkungan tempat tinggalku, umumnya penduduk bekerja sebagai petani dan buruh tani. Ada beberapa ibu-ibu yang bekerja sebagai petani sekaligus menjadi buruh tani. Sebagai petani mengerjakan lahan sendiri, untuk mendapatkan hasil panen yang akan dimakan bersama keluarga dan sebagian hasil panen akan dijual untuk membeli kebutuhan yang lain. Sekaligus menjadi buruh tani mengerjakan lahan persawahan orang lain untuk mendapatkan upah, juga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya pendidikan anak-anaknya.

Sekilas hal ini adalah biasa, yang namanya hidup ya harus berusaha dan berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tapi ini adalah sekelompok ibu-ibu yang seharusnya hanya mengurus rumah tangga, mengasuh dan mendampingi anak-anaknya. Kalau ibu-ibu ini setiap hari terus bekerja sebagai petani dan buruh tani lalu siapa yang mengurus dan mengerjakan pekerjaan rumah tangganya? Jawabannya adalah, ya ibu itu juga.

Pagi sebelum berangkat ke lahan pertanian yang akan dikerjakan dia menyelesaikan pekerjaan rumah dulu, menyelesaikan urusan dapur,menyediakan makan pagi dan siang bagi keluarganya, mencuci peralatan dan pakaian, mengurus anak yang akan berangkat sekolah. Setelah itu baru berangkat bekerja. Setelah sore menjelang waktu Ashar baru pulang ke rumah, kembali mengerjakan segala pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Seringkali apa yang akan dimasak, belum tersedia di rumah, di cari pula dulu ke kebun atau ke warung terdekat. Begitulah siklus kegiatan ibu-ibu petani yang aku amati dan mereka menjalani hari-harinya dengan ketabahan, keuletan dan keikhlasan.

Tidak pernah aku mendengar keluhan mereka. Jika ada acara wiridan di masjid di malam hari, mereka juga sudah hadir di sana. Ataupun acara kekeluargaan yang lain seperti kenduri syukuran atau kemalangan mereka juga sudah ada di sana. Sungguh aku heran, seakan energi mereka tak ada habis-habisnya. Itulah mereka kumpulan perempuan tangguh.

Lubuak Simato, 31 Maret 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap

01 Apr
Balas

Mantab bu, super sekali penulisannya

31 Mar
Balas

Terima kasih, masih belajar.

31 Mar



search

New Post