Hj. Teti Asmarni, S. Pd

Guru IPA MTsN 1 Lima Puluh Kota-Padang Japang. Kantor Kemenag. Kab. Lima Puluh Kota. Alumni Jurdik Biologi IKIP Padang...

Selengkapnya
Navigasi Web
Biasa Menjadi Tak Bisa
sukabumiupdate.com

Biasa Menjadi Tak Bisa

Tantangan Menulis Hari 26 (Tantanagan Gurusiana)

“Tiiiit….tiiit…tiiit”,aku segera mengambil handphone yang tergeletak di meja. “Assalamu’alaikum dinda, bagaimana kabarnya?”, terdengar suara uni Esi, rekan sejawatku.

“Waalaikukumussalam Uni, alhamdulillah baik, Uni juga kan?”, jawabku dengan semangat. Ada rasa rindu, yang terselip ketika aku mendengar suara rekan sejawat. Karena sudah 10 hari ini, kami sudah TFH (Teaching From Home) jadi otomatis kami tidak bertemu muka seperti biasanya. Biasanya setiap hari kami selalu bertemu dan berkegiatan bersama di madrasah. Ada saja keseruan yang kami lalui bersama-sama setiap hari. diantara jadwal mengajar kami akan bersama-sama di kantor majelis guru. Kami sesame warga madrasah memang akrab.

“Uni mau tanya, jadwal kita untuk kelas 9 besok kan UAM online, tidak berubah kan?”, lanjut uni Epi.

“Ya Uni, besok kita UAM online, sesuai jadwal”, jawabku.

“Kan di WA group, kita selalu up date kabar tentang kesiapan anak-anak dari masing-masing wali kelas. Maupun kesiapan aplikasi dari bapak Kepala kita ”, tambahku.

“Itu makanya sekarang Uni telepon, karena Uni sudah beberapa hari ini tidak up date WAG kita. Karena hari ini Ratih baru pulang dari Rumah Sakit”, jelas uni Esi.

“Haaaa Ratih sudah melahirkan?, tanyaku kaget. Karena memang Ratih, anaknya uni Esi hamil.

“Iya, Ratih melahirkan”, jawab Uni Esi.

“Alhamdulillah, apa jenis kelaminnya? Dimana? Normalkan? Kok Uni diam-diam saja, tidak ngabar-ngabar?” berondongan pertanyaanku ibarat peluru keluar dari popor senapan. Meluncur bertubi-tubi.

“Hei..hei banyak sekali pertanyaannya. Baiklah dengarkan cerita Uni, 4 hari yang lalu, tepatnya hari Ahad Ratih merasa sakit, dan kami bawa ke RS. Setelah dicek dokter rupanya memang sudah saatnya. Setelah lahir, ada sedikit masalah dengan si adek bayi. Ya dirawat, di masukkan inkubator. Makanya baru hari ini kami pulang. Ayah si adek bayi saja tak pulang. Ya bagaimana lagi, kondisi sekarang”, terang uni Epi panjang lebar.

“Selamat ya Uni sudah menjadi Nenek, dan si adek adalah cucuku juga. Kan Ayah dan Ibunya muridku”, ujarku.

“Dan maaf belum bisa jenguk cucu, karena memang tak memungkinkan di masa wabah pandemic yang mengganas ini. Sampaikan salam selamat menjadi ibu baru sama Ratih ya Uni”, tambahku lagi.

Memang semuanya serba tak biasa, dan tak bisa melakukan yang biasa. Masa ada Ayah yang bekerja di provinsi tetangga, yang jarak tempuh hanya 4-5 jam dan ketika bayinya lahir, anak pertama pula tidak bisa pulang. Biasanya seorang istri yang akan melahirkan di dampingi oleh sang suami.

Dan kebiasaan kami di madrasah jika ada yang entah itu anak baru lahir atau cucu yang baru lahir akan dijenguk bersama-sama tanda ikut bersuka cita dan bersyukur atas kehadiran warga baru dikeluarga besar madrasah kami. Tapi sekarang apa mau dikata, yang biasa menjadi tak bisa dilakukan demi keselamatan kita bersama.

Semoga wabah ini cepat berlalu agar kehidupan dan segala aktivitas kita dapat kondusif kembali. Semoga.

Lubuak Simato, 2 April 2020.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantul...

03 Apr
Balas

Hmmmm makasih buket

03 Apr

Mantap

03 Apr
Balas

trmkasih bu hj. basilambek mengikuti dari belakang.

03 Apr



search

New Post