Hj. Teti Asmarni, S. Pd

Guru IPA MTsN 1 Lima Puluh Kota-Padang Japang. Kantor Kemenag. Kab. Lima Puluh Kota. Alumni Jurdik Biologi IKIP Padang...

Selengkapnya
Navigasi Web
Budaya Konsumtif

Budaya Konsumtif

Tantangan Menulis hari 30 (#Tantangan Gurusiana)

Sekarang kita berada pada era digital, sehingga kehidupan kita mengalami lompatan yang luar biasa disegala bidang. Tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi juga dibidang-bidang lainnya seperti ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Karena tidak dapat dipungkiri, semua aspek dalam kehidupan merupakan suatu rantai yang membentuk jaring-jaring kehidupan. Maka perubahan pada satu aspek saja akan merembes kebidang lain secara langsung maupun tidak langsung.

Ada satu hal, yang menjadi perhatian penulis, yaitu kemajuan disegala bidang ini dan perilaku atau budaya konsumtif masyarakat.

Penulis sekarang berumur hampir setengah abad. Masih terbayang dalam memory penulis, ketika masih kecil jajanan yang ada tidak sebanyak sekarang. Kami mencari dan memakan buah yang tumbuh di pinggir sungai atau di pinggir tanah lapang tempat kami bermain. Semua boleh mengambil tanpa dibeli maupun minta pada yang punya lahan. Begitu juga dengan kebutuhan dan barang-barang lainnya, penulis maupun teman-teman tidak punya banyak. Contohnya buku catatan maupun alat tulis cukup satu, di pakai sampai benar-benar habis. Begitu juga dengan pakaian, tidak banyak dan benar-benar di pakai sampai sudah tidak muat atau rusak yang tidak mungkin di pakai lagi.

Bandingkan dengan keadaan sekarang, apapun barang atau benda kita miliki dalam jumlah banyak. Modelnya juga selalu berganti dengan cepatnya, kita seakan harus selalu update jika tidak ingin ketinggalan. Hampir dapat dipastikan tidak ada barang kita yang dipakai sampai habis.

Kita sebagai konsumen, selalu dibombardir oleh produsen dengan berbagai cara maupun berbagai media. Iklan berbagai jenis produk sampai kepada kita dengan berbagai media atau langsung sang produsen maupun reseller menyambangi kita door to door. Kalau kita butuh sesuatu kita tinggal pergi ke pasar, toko, swalayan maupun mall. Kita juga dipermudah untuk mendapatkan suatu barang, secara on line shop, tinggal dibayar melalui kartu tagihan, transfer maupun pembayaran melalui aplikasi. Pembayaran juga dapat dikondisikan, di bayar cash ataupun credit.

Dengan semua fasilitas kemudahan ini tanpa kita sadari kita menjadi lebih konsumtif. Yang parahnya adalah di saat kita tidak dapat mengontrol diri, keluarga dan anak-anak kita dalam hal budaya konsumtif ini. Sementara sumber keuangan dalam keluarga kita tentu ada batasnya. Kalau kita tidak hati-hati mengatur uang masuk dan uang keluar, tentu kita akan terjebak pada keadaan minus dan mau tak mau terikat hutang.

Umumnya yang membuat kita terjebak adalah ketidak mampuan kita mengatur skala prioritas kebutuhan masing-masing anggota keluarga. Mana yang kebutuhan pokok, sekunder maupun tertier. Memungkinkan kita berada pada suatu kondisi besar pasak dari pada tiang.

Lubuak Simato, 6 April 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

mantap

06 Apr
Balas

Trm kasih kawan.

06 Apr

Mantap unsay

06 Apr
Balas



search

New Post