Hj. Teti Asmarni, S. Pd

Guru IPA MTsN 1 Lima Puluh Kota-Padang Japang. Kantor Kemenag. Kab. Lima Puluh Kota. Alumni Jurdik Biologi IKIP Padang...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kisah Kue Bawang Buatan Adik

Kisah Kue Bawang Buatan Adik

Tantangan Menulis Hari 25 (Tantanagan gurusiana)

Hari ini adalah hari ke 10 kami sekeluarga di rumah aja. Aku Teaching From Home (TFH) dan anak-anakku Studying From Home (SFH). Ketika sedang membimbing siswaku untuk membahas soal melalui pesan whatsapp Sibungsu yang duduk di bangku kelas 8 MTs mendatangiku.

“Ma, adik dapat tugas mata pelajaran prakarya”, katanya sambil memperlihatkan pesan di wag kelasnya.

Aku baca pesan dari bu Sri guru prakarya anakku.

“Assalamu’alaikum….gimana kabarnya pagi ini? Berhubung wabah virus corona masih berjangkit, maka belajar di rumahnya diperpanjang ya….jangan sedih ibu tidak akan memberi tugas yang banyak kok…Sama kita ketahui bahwa pengolahan bahan pangan bisa berasal dari berbagai bahan antara lain sereal, umbi, dan kacang-kacangan dan produk hasil olahan setengah jadi dari tepung-tepungan. Sekarang apa bahan pangan yang ada di rumah silahkan kamu buat menjadi hasil olahan siap disajikan dan bisa di makan bersama keluarga. Silahkan divideokan bahan, cara kerjanya dan cara penyajian serta kirim videonya ke ibu”.

“Bagusnya adik buat apa ya Ma?”, Tanya anak laki-lakiku itu, setelah aku membaca pesan panjang dari bu Sri. Aku berpikir sebentar apa ya bahan yang ada. Aku teringat, pernah beli tepung dan lain-lain, memang persiapan untuk membuat cemilan. Sebagai seorang ibu, berencana memasak sesuatu, karena emang lagi pada ngumpul di rumah. Stay at home.

Aku langsung beri saran kepada adik untuk membuat kue bawang. Aku mulai mendiktekan ke adik bahan yang diperlukan,

Tepung terigu 1 kg

Tepung tapioka ½ gelas

Bawang merah 2 ons

Bawang putih 3 siung

Seledri

Bawang prei

Mentega

Telur ayam 2 butir

Santan 1 gelas

Garam 2 sdm

Minyak goreng”

Ketika aku mendiktekan bahan yang aku ingat saja dan takarannya pun aku perkirakan saja. Anak laki-laki remaja berumur 14 tahun itu, sibuk mengambil dan mengumpulkan semua bahan-bahan. Setelah semua bahan dikumpulkan.

“Jam pelajaran prakarya habis Ma, adik belajar matematika dulu ya” katanya.

Sekitaran pukul 15.00 adik bertanya, cara kerja. Aku mengarahkan sambil juga meneruskan pekerjaanku. Karena aku juga sedang di dapur memasak gulai kuning ikan. Aku sisihkan sedikit santan bahan gulaiku untuk bahan kue bawangnya adik.

“Bawang merah dan bawang putih dikupas. Cuci bawang merah, bawang putih, bawang prei, seledri tambahkan garam dan di uleg sampai halus. Siapkan pengorengan dengan sedikit minyak, tumis bahan yang sudah di haluskan tadi, sambil diaduk tambahkan metega dan terakhir siramkan santan. dinginkan. Tepung terigu dan tapioka di campur di baskom/wadah, kocok telur dengan garpu di wadah yang lain, campur dengan tepung. Kemudian siram dengan bahan yang sudah ditumis diaduk sampai semua tercampur rata. Diambil adonan segenggaman tangan, dipotong-potong dengan gunting bersih, ditampung di piring yang sudah di taburi tepung. Sementara panaskan penggorengan yang sudah diberi minyak goreng. Setelah minyak panas masukkan adonan yang sudah digunting, di aduk biar tidak lengket, digoreng dengan api sedang”.

Adik mengerjakan semuanya sendiri atas arahanku. Benar-benar sendiri, ketiga orang kakaknya juga sibuk dengan tugas belajarnya masing-masing. Dan aku mengarahkannya juga sambil mengerjakan pekerjaanku memasak untuk persiapan menu makan malam.

Awalnya adik kelihatan canggung dalam bekerja, tapi kemudian berangsur-angsur lancar. Sambil menggoreng dia bisa menyambi menggunting adonan. Mengatur besar kecilnya api kompor agar hasilnya bagus, garing dan tidak hangus. Aku amati terus cara kerjanya, aku bangga melihat anakku dapat menyelesaikan tugas prakaryanya dengan baik. Setelah selesai menggoreng aku cicipi kue bawangnya.

“Eh enak ya, gurih dan krispi kue bawang made in anak bu Sri”, kataku sambil menyebut nama gurunya. Ini bukan sekedar pujian lho. Benaran gurih dan krispi.

Aku melihat raut puas di wajahnya, karena merasa berhasil mengerjakan sesuatu hal yang baru. Karena jujur saja, menghidupkan kompor, baru kami izinkan ketika dia duduk di kelas 8 ini. Biasanya untuk membuat telur ceplok atau telur dadar, kalau dia kurang berkenan dengan lauk yang ada.

Adik sukses belajar hari ini, bukankah hakikat belajar itu adalah suatu proses berubah dari tidak bisa menjadi bisa. Berubah dari tidak tahu menjadi tahu. Selamat adik, sukses untuk prakaryanya hari ini, semoga juga mendapat nilai yang baik dari bu Sri.

#dirumahaja

Lubuak Simato, 1April 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

aamiin, semoga buk Sri bisa baca ya

01 Apr
Balas

Iya, semoga. Trm kasih kawan telah berkunjung.

02 Apr

Anak hebat dari seorang ibu yang luar biasa.. semangat faiz.. udah ibu baca kok... mencobanya kue bawang nya yang belum

07 Apr
Balas



search

New Post