Tantangan Menulis Hari 29 (#Tantangan Gurusiana)

“Ada orang bersaudara berantam gara-gara virus corona”, terdengar suara temanku Salma dari seberang sana. Kami memang sedang saling berteleponan sore ini, membicarakan hasil rekap nilai UAM online tadi pagi. Dan ini adalah topik pembicaraan tambahan yang keluar dari topik UAM.

“Eh memangnya kenapa?”, tanyaku. Aku tertarik juga, karena virus corona saat ini memang seakan menjadi penyebab dari semua keadaan di seluruh dunia.

“Ceritanya begini, ada kakak baru pulang dari bepergian. Begitu sampai di rumah disuruh adiknya untuk langsung mandi, ganti semua pakaian”, Salma mulai bercerita menjawab pertanyaanku.

Salma melanjutkan ceritanya,”Si kakak yang sudah berumur setengah baya, langsung emosi dan tersinggung karena dituduh adiknya membawa penyakit, padahal dia merasa sehat-sehat saja”.

“Akhirnya kedua kakak adik itu benar-benar berantam”, Salma menutup ceritanya.

Memang pemahaman seseorang tentang sesuatu tidaklah sama. Tergantung dari kemampuan dan kemamuannya untuk menyerap informasi. Ketika menutup diri dari informasi yang ada, maka kita akan salah untuk mensikapi sesuatu. Atau mungkin juga, hubungan dua orang bersaudara itu memang sedang tidak baik, jadi tingkat sensitifnya cukup tinggi.

Padahal aku beberapa pekan yang lalu melakukan hal yang sama, ketika anakku baru sampai di rumah karena dipulangkan dari tempat menuntut ilmu dan harus LFH. Mereka mengerjakan saja apa yang kuperintahkan dan tidak marah. Dan seharusnya memang tidak marah, karena itu untuk kebaikan diri kita sendiri dan bersama.

Begitu mereka sampai di rumah langsung kusuruh mandi, menukar semua pakaiannya dan langsung merendam pakaian dengan air sabun. Begitu juga denganku, jika harus keluar rumah untuk satu keperluan, memakai masker. Sampai di rumah langsung mencuci tangan pakai sabun, mandi, dan mengganti semua pakaian.

Lubuak Simato, 5 April 2020